Posted by :

  • 30 Januari 2025

SAHABAT YANG TERBAIK DAN TAK TERPISAHKAN

Cerpen karya : Lia Asti Novi Yanti 

MTs DARUL ISHLAH

 

Dua anak bernama Kenya dan Karin merupakan dua sahabat baik. Kehidupan mereka sangat berbeda. Kenya itu kaya. Sementara, Karin hanyalah anak seorang penjual kue. Di sekolah pun, Karin turut menitipkan kue dagangannya di kantin sekolah. Miris lagi, Karin selalu diolok-olok oleh temannya. Kenya yang baik selalu menolong Karin di saat dia sedang kesulitan.


Suatu hari di sekolah, Karin duduk seorang diri di bangkunya. Hari itu, Kenya—teman sebangkunya—tidak berangkat sekolah. Karin sedih karena sahabat yang biasa menolong dan membuatnya tersenyum sakit sehingga membuatnya tidak bisa berangkat sekolah.


Pagi itu saking sedihnya, Karin sampai lupa mengantarkan kuenya di kantin sekolah. Akhirnya Karin memutuskan untuk menitipkan kuenya saat jam istirahat nanti. Saat jam istirahat
Karin bergegas menuju kantin, berniat menitipkan kuenya. Sesampainya Karin di kantin tiba-tiba anak yang biasa usil mengganggunya datang lalu merusak semua kue yang dia bawa. Akhirnya Karin terpaksa tidak menitipkan kue-kuenya. Kejadian ini membuat Karin menjadi sangat marah. Karin pun berniat melaporkan kejadian ini kepada kepala sekolah. Namun Karin tidak berani karena dia diancam bila melaporkan kejadian tersebut kepala sekolah. Saat jam pulang sekolah, Karin pun berjalan pulang sambil membawa kue-kue yang sudah rusak. Saat Karin berjalan menuju ke rumah tiba-tiba anak-anak nakal yang mengusili tadi di kantin mempercepat laju mobil mereka lalu mencipratkan lumpur yang ada di jalan dengan sesuka hati. Setibanya di rumah, Karin menangis karena bajunya kotor dan semua kuenya rusak. Ibu Karin yang melihat Karin menangis mendekatinya.


"Kamu kenapa menangis Rin? Bajumu juga basah begini?", tanya ibu.
"Maaf Bu, kuenya rusak semua dan bajuku basah kotor karena diganggu oleh anak-anak nakal yang biasa menggangguku", balas Karin sambil menangis.
Ibu Karin pun menjawab dengan bersuara lembut.
"Tidak apa-apa Rin, kita kan bisa buat kuenya lagi. Bajumu yang kotor nanti ibu cucikan. Yang penting kamu yang sabar".

 

Hari-hari pun berlalu dengan cepat. Karin berangkat ke sekolah seperti biasanya. Tiba di sekolah ternyata masih sepi. Di kelasnya pun masih sepi. Kenya juga belum tampak berangkat.
"Sudah tiga hari Kenya belum berangkat. Aku rindu Kenya", ujar Karin seorang diri dengan wajah murung.
Keesokan harinya Kenya sudah berangkat sekolah. Karin mendekati Kenya dan mengatakan sesuatu.


"Kenya, aku rindu denganmu", ujar Karin bahagia.
"Aku juga rindu denganmu Rin", balas Kenya.


Ketika mereka berdua bercanda di kelas, datanglah anak yang biasa mengganggu Karin. Dia datang dari arah belakang dan lagi, dia merusak kue milik Karin. Dia pun langsung pergi tanpa bertanggungjawab. Kenya yang melihat kejadian itu berteriak.


"Hei, sini! Kalian harus bertanggung jawab!".
Karin pun berkata pada Kenya, "Sudahlah. Aku sudah biasa dibegitukan".
"Jadi mereka sudah sering merusak kuemu? Kenapa kamu diam saja, tidak melaporkannya kepada Kepala Sekolah?", tanya Kenya.
"Aku tidak berani melaporkannya", jawab Karin singkat.
"Oh begitu. Ya sudah aku saja yang akan melaporkannya kepada kepala sekolah ", ujar Kenya.


Kenya menarik tangan Karin untuk menemui kepala sekolah. Tiba di kantor kepala sekolah, Kenya menceritakan kelakuan anak-anak nakal yang suka mengganggu Karin. Kenya menceritakan satu per satu kejadian yang dialami Karin.


Setelah mengetahui hal tersebut, kepala sekolah kemudian menghukum anak-anak nakal yang suka mengganggu Karin. Mereka diberi hukuman membersihkan toilet sekolah selama satu bulan.
Setelah dihukum akhirnya jera dan tidak akan mengganggu Karin lagi. Setelah kejadian tersebut Karin tidak diganggu anak-anak nakal lagi.

Dua tahun telah berlalu. Sekarang, Karin dan Kenya sudah berada di bangku kelas IX. Kenya menjadi ketua kelas, sementara Karin menjadi wakil ketuanya. Semakin lama persahabatan keduanya semakin erat.
Saat jam pelajaran berlangsung, seorang guru memanggil satu anak yang akan menjadi siswa baru di kelas IX. Dia mengenalkan dirinya. Namanya Melani. Dia anak orang kaya. Katanya dia nakal. Selesai perkenalan, Melani duduk di belakang bangku Kenya dan Karin.
Tibalah saat jam istirahat. Kenya yang akan menghampiri Karin tiba-tiba terjatuh.


“Aduh!”, Kenya mengaduh. 
Melani dengan sengaja menyandung kakinya. Melani malah tertawa melihat kejadian tersebut.
“Ha ha ha”, Melani.
Karin bergegas menolong Kenya dan melihat lutut Kenya yang terluka. Segera Karin membawa Kenya menuju UKS.

 

Hari-hari berlalu. Melani yang selalu melihat Karin dan Kenya bersama berencana memisahkan keduanya. Suatu ketika Karin sedang di kelas dan Kenya belum datang. Melani mempunyai sebuah ide untuk mengadu domba keduanya. Melani mulai menghampiri Karin.
“Eh Karin kamu tahu tidak kalau Kenya pernah bilang ke aku kalau kamu ini anak miskin yang tidak sebanding dengan Kenya. Dan katanya lagi, kamu ini anak dekil”, Melani berusaha memfitnah.
Karin pun menanggapi.
“Tidak mungkin. Kenya adalah sahabat terbaikku dan kami sudah dua tahun bersahabat. Jadi, Kenya tidak mungkin bilang begitu”, balas Karin.
Melani akhirnya pergi meninggalkan kelas dengan perasaan kecewa. Beberapa saat kemudian Kenya datang lalu Karin menceritakan tentang tuduhan yang Melani katakan.
“Rin, kamu tahu kan? Aku nggak mungkin melakukan hal itu”, terang Kenya dengan perasaan khawatir.
“Tenang saja, aku tidak mungkin mempercayainya. Dia kan anak yang nakal. Lagi pula kamu ini adalah sahabat terbaikku”, jawab Karin.
“Huh, aku sangat lega karena kamu tidak percaya pada Melani”, ujar Kenya sambil tersenyum.


Keesokan harinya. Karin dan Kenya berangkat sekolah. Mereka meletakkan tasnya di bangku masing-masing. Kemudian, Karin mengajak Kenya untuk mengantarkannya ke kantin menitipkan kue dagangannya. Saat Karin dan Kenya tidak berada di kelas, Melani datang. Melani melihat dompet milik Karin dan dia memasukkan dompet tersebut ke dalam tas milik Kenya. Setelah itu Melani pun langsung pergi.
Saat istirahat Kenya mengajak Karin pergi ke kantin. Saat Karin akan mengambil dompet di tasnya ternyata tidak ada. Karin mulai panik.


“Kenya, apakah kamu melihat dompetku? Dompetku hilang”, tanya Karin panik. Setelah itu Melani datang.
“Kamu cari saja di semua tas di kelas ini. Mungkin salah satu anak di kelas ini ada yang mengambil dompetmu”, ujar Melani pada Karin.
Karin pun mencari dompetnya ke semua tas di kelas, termasuk tas Melani. Tiba saatnya Karin mencari dompet di tas milik Kenya. Ternyata dompetnya ketemu.
Melihat dompetnya di tas Kenya, Karin merasa kecewa pada Kenya.
“Aku tidak percaya. Ternyata sahabat baikku sendiri yang mencurinya”, ujar Karin kecewa.
“Bukan aku yang melakukannya”, sanggah Kenya.
Karin meninggalkan Kenya begitu saja. Karin pergi menuju ke kantin seorang diri.

Saat Karin pergi, Melani menghampiri Kenya.
“Lihat Karin kan? Pasti dia meletakkan dompetnya di tasmu agar dia bisa menuduhmu”, ujar Melani.
“Tidak mungkin Karin melakukan hal seperti itu. Aku juga tidak percaya padamu”, jawab Kenya.
Melani pun langsung pergi meninggalkan Kenya.
Kenya bergegas menghampiri Karin di kantin. Sampai di kantin Kenya pun membujuk Melani agar menjelaskan bahwa semua itu ulahnya. Kenya berusaha menjelaskan kejadian yang sebenarnya.
Tiba-tiba seorang anak laki-laki datang. Doni namanya. Doni menghampiri Karin dan Kenya. Doni berkata bila Kenya tidak bersalah.
“Eh Rin, Kenya memang tidak bersalah”, jelas Doni.
Karin langsung menjawab.
“Jelas-jelas Kenya bersalah, kenapa sih kamu malah membelanya Don?”, jawab Karin dengan marah.
Doni mulai menjelaskan semuanya pada Karin.
“Rin, Kenya memang tidak salah. Bukan Kenya yang menaruh dompetmu di tas Kenya tetapi Melani yang melakukannya”, jelas Doni pada Karin.
“Bagaimana kamu bisa tahu?”, tanya Karin.
“Karena aku yang melihatnya dari jendela kelas”, jawab Doni singkat.
Akhirnya Karin percaya pada Kenya. Mereka pun kembali akur seperti sebelumnya. Mereka melaporkan kejadian tersebut kepada kepala sekolah. Setelahnya Melani pun mendapat hukuman dari kepala sekolah. Setelah kejadian itu, Melani mulai berubah menjadi anak yang baik. Kenya dan Karin tidak pernah lagi diganggu oleh Melani.


Beberapa bulan pun berlalu. Hari ujian sekolah telah berakhir. Pada saat pembagian rapor, Karin mendapati nilai jelek pada rapornya, khususnya nilai matematika. Sementara itu Kenya nilainya sangat baik. Hampir semua nilainya sempurna. Kenya mendapat peringkat ke-1 di kelasnya.
Sedangkan Karin peringkat ke-12 dari 20 murid di kelasnya. Karin turut senang dengan capaian Kenya.
“Ken, apakah kamu mau mengajariku supaya nilai-nilai lebih baik lagi?”, minta Karin pada Kenya.
“Tentu saja Rin. Aku mau”, balas Kenya.
“Makasih ya Ken”, ucap Karin.
“Sama-sama”, jawab Kenya.

https://simposyandu.com/

https://e-puskesmas.com/

 

Beberapa bulan berlalu. Hari kelulusan pun tiba. Hari yang dinanti-nantikan.
“Rin nanti setelah lulus nanti kita masuk ke SMA Nusa Bangsa yuk”, ajak Kenya.
“Ehm. Kamu tahu kan? Aku hanyalah anak dari keluarga penjual kue. Mana mampu aku masuk sekolah itu”, jawab Karin dengan hati yang sedih.
“Tenang saja aku akan membantumu”, ujar Kenya.
“Apa tidak merepotkanmu? Kamu kan sudah banyak membantuku”, jawab Karin.
“Ini kan keinginanku untuk membantumu dan jelas tanpa paksaan siapapun”, terang Kenya berusaha meyakinkan sahabatnya.
“Benarkah itu? Kalau begitu terima kasih Kenya, sahabatku”, ucap Karin.


Akhirnya dengan bantuan Kenya dan kegigihan Karin dalam berjualan kue, Karin diterima di SMA impiannya. Keduanya sekelas lagi. Di SMA mereka memiliki banyak teman. Mereka berdua memang sangat ramah dan baik hati. Ketika kenaikan kelas ternyata Karin mendapat peringkat ke-1 dan Kenya peringkat ke-2. Di kelas XI juga Karin menjadi ketua kelas. Sementara itu Kenya menjadi sekretarisnya. Di SMA mereka memiliki satu teman laki-laki yang nakal. Dian namanya. Dian sering sekali mengganggu siswa-siswa lainnya. Termasuk Karin dan Kenya. Karin dan Kenya pun menerima Dian apa adanya karena Dian tak selalu nakal. Kadang-kadang Dian menghibur temannya lewat kelucuannya.


Dua tahun berlalu. Kini Kenya sudah berkuliah. Tidak begitu dengan Karin. Karin tidak melanjutkan ke jenjang kuliah. Karin memilih bekerja agar bisa membantu ekonomi keluarga. Akhirnya, Kenya dan Karin terpaksa berpisah.


Dua tahun kemudian. Berkat usaha dan kerja kerasnya Karin bisa kuliah. Kenya sangat senang mendengar kabar tersebut. Mereka pun bisa bersama-sama lagi seperti dulu.

Saat sedang break istirahat, mereka berdua didatangi seorang perempuan yang menanyakan ruang pimpinan kampus. Setelah diberikan arahan oleh Kenya, perempuan itu pun pergi menuju lokasi yang dimaksud.
Karin dan Kenya masuk ruang kuliah. Dosen yang mengajar pada jam tersebut memanggil salah seorang mahasiswa baru. Mahasiswa baru perempuan tersebut masuk ruangan kemudian memperkenalkan dirinya. Ternyata itu adalah perempuan yang tadi sempat bertanya ruang pimpinan saat istirahat.


“Assalamu’alaikum wr wb. Perkenalkan saya Fira, usia saya 17 tahun”, perkenalan singkat Fira pada teman-teman lain. Fira duduk di sebelah Kenya. Kenya pun mengenalkan dirinya.

“Hai, namaku Kenya”, ujar Kenya. Karin pun ikut-ikutan mengenalkan dirinya. Setelah perkenalan tersebut, Karin dan Kenya semakin dekat dengan Fira. Kemana-mana mereka bertiga selalu bersama. Bila ada salah satu yang kesulitan atau bersedih mereka akan saling bantu dan menghibur satu sama lain.


Akhirnya, Fira menjadi sahabat baik Karin dan Kenya. Mereka bertiga membuat group yang diberi nama “My Friends”. Persahabatan ketiganya sangat akur. Bahkan sampai ketiga lulus kuliah. Sampai mereka menikah dan memiliki anak. Ada yang memiliki dua anak, ada yang satu anak. Anak-anak mereka pun juga berteman dan membuat group seperti ibu mereka. Mereka menamai group mereka dengan sebutan “My Little Friends”. Persahabatan anak-anak mereka pun berlanjut sampai mereka memiliki anak-anak seperti ibu mereka. Itulah kisah persahabatan Karin, Kenya, dan Fira. Mereka bertiga akan tetap menjadi sahabat
terbaik dan tak terpisahkan satu sama lainnya.

 

---------- #KamisMenulis

Comments

Leave A Reply