Menilik Sejarah Berdirinya Masjid Agung Kendal
KENDAL, Joglo Jateng – Masjid Agung Kendal yang terletak di tengah Kota Kendal merupakan salah satu masjid tertua di Kabupaten Kendal. Masjid yang terletak di sisi Alun-alun Kendal ini dibangun sekitar tahun 1493 Masehi oleh Wali Joko, yang merupakan salah satu murid Sunan Kalijaga.
Menurut Ketua Takmir Masjid Agung Kendal, KH Asroi Tohir, Masjid Agung Kendal hingga saat ini telah mengalami beberapa kali pemugaran atau renovasi. Di antaranya pada tahun 1967 – 1970, tahun 1981 -1995. “Kemudian ditanggal 24 April 1995, masjid ini diresmikan oleh Gubernur Jawa Tengah H. Soewardi,” kata Kiai Asroi.
Setelah itu, pemugaran dilakukan dengan penyempurnaan dan penataan Menara Masjid pada tahun 2021. Dan yang terahir renovasi Masjid Agung Kendal secara besar-besaran dilakukan mulai pada tanggal 24 Desember 2022.
Khusus ruang utama Masjid Agung Kendal selesai renovasinya pada akhir bulan Januari 2025, dan diresmiakan penggunaannya pada tanggal 31 Januari 2025 oleh Bupati Kendal saat itu Dico M. Ganindito. “Alhamdulillah, ruang tengah sudah jadi. Saat ini renovasi masjid sudah selesai 60 persen lebih,” terangnya.
Asroi mengatakan, meskipun saat ini bangunan masjid Agung Kendal sudah tampak modern, namun 4 Soko atau tiang utama yang berasal dari Sunan Kalijaga, Sunan Ampel, Sunan Bonang dan Sunan Gunungjati, masih tetap dipertahankan. Demikian juga dengan makam Wali Joko, lokasinya masih di samping kanan masjid.
Menurut Asroi, saat renovasi, sebenarnya ada rencana masjid Agung Kendal mau dibuat 3 lantai. Lantai bawah untuk perkantoran, lantai 2 dan 3 untuk sholat. Namun setelah melakukan komunikasi spritual dengan leluhur, tidak diperbolehkan. Lantai 1, tetap untuk sholat.
“Leluhur tidak mengijinkan, karena lantai satu ini, dulunya digunakan untuk sholat para wali. Jadi tidak boleh diubah,” ucapnya.
Menurut Asroi Tohir, Raden Joko Suwiryo atau Pangeran Panggung (adik seayah dari Raden Patah) atau yang sekarang dikenal Wali Joko, menjadi murid Sunan Kalijaga atas suruhan Raden Patah. Setelah nyantri kepada Sunan Kalijaga, nama Pangeran Panggung diberi laqob oleh Kanjeng Sunan Kalijaga dengan nama Syekh Rofi’udin yang artinya penegak syari’at agama Islam.
Setelah beberapa tahun nyantri dan dipandang ilmunya sudah mumpuni serta sudah mendapat pengakuan (wisuda), Syekh Rofi’udin diijinkan mengembangkan ilmu yang telah diperolehnya melalui dakwah.
Syekh Rofi’udin (Wali Joko) bersama Sunan Katong (saudara kandungnya) ditugaskan oleh Sunan Kalijaga berdakwah menyebarkan Agama Islam pada wilayah bagian barat Semarang. Sunan Katong di wilayah Kaliwungu dan Wali Joko (Syekh Rofi’udin) di wilayah Kendal.
Sesampainya di Kendal dan sebelum memulai berdakwah Syekh Rofi’udin (Wali Joko) mengawali dengan membangun tempat tinggal. Ia membangun masjid yang kini dikenal dengan Masjid Agung Kendal pada tahun 1493 Masehi, bertepatan dengan tanggal 17 Shofar 899 H.
Kala itu usia Wali Joko sekitar 30 tahun. Bangunan masjid yang pertama kali berukuran 27m x 27m = 729m2, terdiri 16 saka ( tiang ), atapnya bersusun 3 (tiga) dibuat dari sirap, lantai plester, tempat wudhu berupa kolah/kolam pendem yang mendapat aliran air sungai dari Kali Kendal yang dibuat sendiri oleh Wali Joko dari Kedung Pengilon.
Kiai Asroi menambahkan, ketika membangun mesjid Agung Kendal, Wali Joko mendapat bantuan dari empat soko guru (tiang utama) sesuai dengan hasil musyawarah waktu pendirian Masjid Agung Demak, yaitu dari Sunan Bonang soko/tiang utama yang berada di sisi Barat Laut. Sunan Gunungjati, soko/tiang utama yang berada di sisi Barat Daya. Sunan Kalijaga, soko/tiang utama yang berada di sisi Timur Laut, dan Sunan Ampel, soko/tiang utama yang berada di sisi Tenggara.
“Hingga saat ini, empat Soko atau tiang utama itu, masih bagus, dan masih kita pasang,” pungkas Asroi Tohir. (ags/gih)
---------------
Berita ini telah tayang dengan judul "Menilik Sejarah Berdirinya Masjid Agung Kendal" ditautan Menilik Sejarah Berdirinya Masjid Agung Kendal – Berita Terkini Jawa Tengah dan DIY
Comments