PROKLIM DAN BANK SAMPAH
Oleh : Muhamad Kundarto
Perkembangan ProKlim atau gerakan komunitas dalam pengendalian perubahan iklim di Indonesia sangat menarik untuk dicermati. Semakin banyak pembinaan yang dilakukan oleh DLHK provinsi dan DLH kabupaten/kota. Semakin banyak pula dukungan dari perusahaan, perguruan tinggi dan lembaga lainnya. Namun perkembangan di masing-masing region atau wilayah beraneka. Ada yang terlihat makin mandiri, seperti di DKI, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dan Sumatera Selatan. Ada pula yang masih dalam tahap rintisan.
Tahap mendekati kemandirian ini ditandai dengan makin banyaknya aksi adaptasi dan aksi mitigasi, komunitas antar komunitas, munculnya tokoh-tokoh lokal, dan rintisan kolaborasi para pihak, terutama pemerintah, perusahaan dan perguruan tinggi yang mendorong kegiatan di lokasi-lokasi ProKlim.
Di balik perkembangan positif di atas, harapan terhadap ProKlim di lokasi, skala nasional dan skala internasional cenderung berbeda. Harapan lokasi secara umum adalah peningkatan aksi akan berdampak pada manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan. Ada sebagian juga yang berharap perolehan apresiasi (perhargaan) sebagai motivasi. Harapan internasional cenderung pada kontribusi aksi dalam menurunkan emisi Gas Rumah Kaca. Keberadaan formula perhitungan Spectrum belum dijadikan acuan baku.
Sementara itu harapan terhadap ProKlim di tingkat nasional dapat dianalisis dari beberapa fenomena. Misalnya gerakan Menteri Lingkungan Hidup yang fokus ada pengelolaan sampah di daerah, berimbas pada beberapa studi untuk mencermati sejauh mana peran ProKlim dalam turut serta mengelola sampah di wilayah masing-masing. Gerakan pengelolaan sampah tingkat lokal ini dapat dicermati dari aksi Bank Sampah di berbagai lokasi ProKlim.
Dari beberapa pemikiran terkait pengelolaan sampah yang efektif dan efisien adalah harapan pengelolaan dari sumbernya. Misalnya sampah rumah tangga, sudah dipilah sejak dari dapur. Sampah di keramaian seperti pasar, perkantoran, sekolah, dll. harus dipilah dilokasi masing-masing. Gerakan pemilahan sampah di masyarakat ini sebagian besar dapat dicermati dari sejauh mana kegiatan Bank Sampah di lokasi tersebut.
Target utama pengelolaan Bank Sampah biasanya pada pengurangan sampah organik dan pemanfaatan sampah (reuse) untuk dijual atau menjadi produk tertentu. Pengurangan sampah organik bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti pengomposan (komposter, takakura, ember tumpuk), pengurangan sampah sebagai pakan magot, dll. Masing-masing lokasi punya cara tersendiri sesuai kebiasaan yang dilakukan.
Maka gerakan ProKlim ke depan ada kemungkinan mendorong pengelolaan Bank Sampah menjadi salah satu prioritas utama. Tentu tanpa mengurangi beberapa target nasional lainnya seperti ketahanan pangan, penggunaan energi baru terbarukan dan penanaman pohon.
#KamisMenulis
Comments