“Sahabat Kecilku”
Cerpen karya : Steveca Elchiya Cynea
Siswi MTs NU 01 AL MA'ARIF BOJA
Namaku Nialeisa Putri Chantika, sering di panggil Nia. Aku tinggal di kota Semarang, tepatnya di Wonodri. Dulu saat aku kelas tiga, aku selalu di bully dengan kekerasan dan perkataan
yang tidak baik, karena aku pendiam, dan tidak bisa diajak bergaul. Tetapi aku selalu bersabar ketika aku di bully. Aku merasa tersakiti saat pembullyan itu menerus terjadi kepadaku.
Saat akan kenaikan kelas empat, orang tuaku ingin memindahkan ku di sekolah lain. Aku pun menuruti perkataan orang tuaku. Tapi, aku berfikir dan bingung apakah aku akan berpamitan dengan teman-teman lamaku atau tidak. Aku sudah stres dengan pembullyan itu. Akhirnya aku memilih untuk tidak berpamitan dengan teman-temanku, karena aku sudah terlanjur tersakiti dengan hal itu. Mungkin karena aku tidak percaya diri, selalu malu, pendiam, dan susah diajak ngobrol atau diajak bergaul.
Beberapa hari kemudian, sudah ada pengumuman pengambilan rapor. Pengambilan rapor diadakan pada tanggal 16 Juni 2018 mulai pukul 08.30. Setelah pengambilan rapor hari itu, orang tuaku mencarikan tempat sekolah yang nyaman untukku dan mendaftarkanku di sekolah lain. Kita bersama-sama mencari sekolah baru. Kita berangkat mencari sekolah baru itu tepat pada pukul 10.00 suasana saat itu mendung seperti tanda mau hujan. Akhirnya aku pun mendapatkan sekolah baru.
Liburan sekolah sekitar dua minggu sudah selesai. Saatnya aku kembali bersekolah di tempat baru. Aku sangat senang, aku telah diterima menjadi anak baru di SD 1 Pemalang. Hari itu aku diantar ke sekolah oleh ibuku tepatnya pada pukul 06.45. Saat aku ingin memasuki kelas aku merasa gugup, tetapi aku harus memberanikan diri.
Lalu aku memasuki kelas, karena sudah dikasih izin oleh kepala sekolah secara langsung. Setelah memasuki kelas aku duduk sendirian, tak berselang lama aku melihat, ada seseorang yang akan memasuki kelas sambil diantar oleh ibunya. Aku pun terkejut ternyata ada siswa baru juga, tidak hanya aku siswa pindahannya.
Aku diminta oleh salah satu teman, untuk duduk sebangku dengan siswa baru yang baru saja datang. Aku sangat takut, karena sepertinya dirinya juga suka membully orang. Pada saat itu badanku terasa dingin dan merinding. Tepat pada pukul tujuh teman-teman memberi tahu bahwa hari ini upacara bendera, lalu aku memberanikan untuk mengajaknya kelapangan upacara bersama.
Setelah upacara sudah dibubarkan aku menuju ke ruang kelas bersamanya. Pada saat pembelajaran akan dimulai, aku diminta memperkenalkan diri di depan kelas. Sebelum itu aku juga sudah mulai kenalan dengan teman sebangku ku.
“Hai nama kamu siapa?” Tanyaku dengan gugup.
“Hai juga, namaku Revana Asylia baisa dipanggil Reva” Jawabnya dengan tersenyum.
“Oh ya oke Reva, namaku Nia” Jawabku. “Senang bisa berkenalan denganmu” Jawab Reva.
Semenjak itu kami mulai berteman, awalnya kami berteman biasa. Tiga bulan kemudian kami sudah dekat sebagai sahabat, karena dirinya menjadi teman yang paling baik yang pernah aku temui.
“Reva.!, sini aku mau ngomong” Kataku.
“Iyah kenapa Nia?”.
“Kita kan udah berteman tiga bulan.”
“Iyaaa teruss kenapa?” Tanyanya penasaran.
“Emm, kamu mau enggak jadi sahabatku??” tanyaku dengan tatapan serius.
“Mau banget Nia.” Jawabnya. sambil tersenyum gembira.
“Oke, makasih ya Reva udah mau jadi sahabatku”.
“Iya Nia sama-sama” jawabnya.
Akhirnya kita pun bersahabat, Reva adalah sahabat terbaikku. Aku begitu senang bersamanya. Kami melewati suka duka bersama. Dia cukup pintar, jarang senyum, dan cuek pada teman-teman. Reva memiliki badan yang cukup tinggi melebihi diriku. Dia lumayan putih, bahkan begitu cantik bagaikan bidadari. Aku begitu senang saat bermain dengannya. Lucunya dia selalu mengikutiku saat aku marah kepadanya.
Aku mulai dekat dengannya waktu kelas 4 SD. Kami selalu bercerita dan sering bercanda bersama, sangat mengasyikkan sekali mempunyai sahabat seperti dia. Dulu dia sering berkata bahwa setelah lulus SD dia akan meneruskan SMP di pondok, tetapi dia tidak ingin berpisah sekolah denganku. Setelah kelulusan SD dia mengabari ku, bahwa dia tidak setuju untuk mondok. Saat itu pun kita satu sekolah, tetapi aku beda kelas dengannya dia kelas 7D dan aku kelas 7B.
Walaupun kita beda kelas, setiap hari kita selalu bertemu. Saat jam istirahat pun kita tetap bersama.
Setahun kemudian, kenaikan kelas 8. Kenaikan kelas kita merayakan pesta kecil, karena hari itu hari yang istimewa bagi kita yaitu hari saat kami bersepakat mulai bersahabat. Tetapi ada sedikit
hal yang membuat kita sedih, karena kita berbeda kelas lagi. Reva sekarang kelas 8F sedangkan aku kelas 8B. Namun, kita akan saling bersama tidak akan terpisah walaupun berbeda kelas akan selalu
bahagia selamanya.
Di kala aku sedih dia selalu menghiburku. Aku menyayanginya karena dia sudah aku anggap sebagai saudaraku sendiri. Saat aku mendapat masalah aku sering bercerita kepadanya dan dia memberiku bantuan, dia juga mengajariku pelajaran yang menurutku sulit. Saat aku kesepian dia selalu menemaniku. Suatu ketika aku dan sahabatku bertengkar karena masalah yang ku anggap sepele. Semua itu baru ku sadari, bahwa sahabatku sangat penting bagiku.
Sepulang sekolah aku pergi ke Alfamart bersama sahabatku, aku menyuruhnya membawakan barang jajananku, dan ternyata ada salah satu yang tertinggal. Saat itu juga aku marahi dia dengan perkataan kasar karena keegoisanku .
“Reva, tolong bawain jajananku ini ya, soalnya belanjaanku lumayan banyak” Kataku.
“Sini aku bantu bawain jajanannya” Jawabnya.
“Nah makasih ya kamu memang sahabat yang pengertian’’ Jawabku.
“Haha iya dong sesama sahabat emang harus saling membantu’’ Jawabnya sambil tersenyum.
“Kamu lapar enggak?’’ Tanyanya.
“Lapar sih, dari tadi aku belum makan.’’
“Ya udah, ayo aku traktir batagor makanan kesukaanmu’’ Jawab Reva sambil menatapku dengan tersenyum.
“Oke kalau gitu.’’ Lalu sampailah kami di gerobak batagornya seberang jalan Alfamart.
“Kamu aku beliin batagor pake sambel atau ngak?’’ Tanyanya.
“Pake sambel aja, aku suka pedas soalnya heheh’’ Jawabku.
“Okeh, sip deh kalau begitu.’’
Beberapa menit kemudian kami selesai makan batagor dan langsung berkendara untuk pulang. Lalu saat berkendara aku berfikir seperti ada yang kurang dari belanjaan jajanan tadi.
“Hmm.., bentar aku ngerasa jajanan yang aku beli kok ada yang belum kebawa’’ Kataku dengan kebingungan.
“Emang apa yang belum kebawa?’’ Jawabnya sambil berfikir.
“Oh, iya jajanan ku mana yang kamu bawakan tadi??’’ Tanyaku.
“Ya ampun….oh iya gimana nih aku lupa, tadi ketinggalan di dekat gerobak soalnya tadi aku taruh di situ’’ Jawab Reva dengan rasa bersalah.
“Hah? ketinggalan? yang bener ya, kita udah jauh dari gerobak batagor loh!!!..’’ Jawabku.
“Maaf banget sumpah, aku lupa lagian mau gimana lagi kalau gini..’’ Jawabnya dengan cemas.
“Apa? mau minta maaf? terserah deh’’ Jawabku dengan kesal.
Keesokan harinya di sekolah, dia datang dengan membawa jajananku dan meminta maaf lagi karena kejadian kemarin, tetapi aku tak menghiraukannya. Setelah itu, aku pun memaafkannya
karena aku pun sadar betapa egoisnya diriku. Aku pun balik meminta maaf kepada Reva. Akhirnya kita berdua berdamai.
Waktu bel sekolah sudah tiba dan pembelajaran akan segera di mulai. Bu Ida guru IPA masuk kelas, ada sedikit masalah karena Reva lupa mengerjakan tugas. Lalu aku membantunya
mengerjakan tugas itu karena aku tidak tega melihat Reva mengerjakan soal yang begitu sulit.
“Nia, ada PR ngak sih?’’ Tanyanya.
“Ada, tugas IPA “ Jawabku.
“ Hah?IPA? aduh giamana dong aku lupa membuat tugas nya’’ Jawabnya.
“Kamu gimana sih nanti kena marah Bu Ida gimana, lagian soal IPA-nya lumayan sulit loh’’ Jawabku.
“Fisika atau biologi?’’ Tanyanya.
“ Fisikalah, lumayan sulit sih’’ Jawabku.
“Assalamualaikum, anak- anak’’ Salam dari Bu Ida.
“Waalaikumsalam’’
“Oh iya ada tugas enggak?’’ Tanya Bu Ida.
“ Ihhh.., Nea kok kamu kasih tau sih “ Jawabnya dengan cemberut.
“ Udahlah gapapa, lebih baik jujur aja yakan..!!’’ Jawabku sambil tersenyum.
“Arghh.., serah kamu deh’’ Jawabnya dengan kesal.
“ Yaudah ayo kita koreksi bersama-sama ya..’’ Kata Bu Ida.
“ Bu.., bentar…!!’’ Jawabku dengan mengangkat tangan.
“ Iyaaa??, Ada apa Nia ??’’ Tanya Bu Ida.
“ Bu, Reva belum ngerjain tugas IPA-nya’’ Jawabku dengan menunjuk Reva.
“Maaf bu saya lupa kalau ada tugas’’ Jawabnya.
“Reva jangan di ulang lagi, tetapi sekarang kamu saya kasih soal yang berbeda yah’’ Jawab Bu Ida sambil menasehatinya.
“Oke bu.., siappp..!!.’’
Beberapa menit kemudian, setelah Reva dikasih soal IPA. Reva tidak paham tentang rumus rumus fisika itu, lalu aku membantunya supaya Reva bisa memahaminya.
“ Aduhh.., aku enggak paham tentang rumus fisikanya’’ Katanya dengan sedih.
“ Emm.., emang mana yang menurutmu sulit ?’’ Tanyanya.
“ Ini loh rumusnya, aku nggak paham..Arghh gimana nih!!’’ Jawabnya.
“ Yaudah sini aku bantu sambil aku jelasin biar paham’’ Jawabku.
“ Makasih ya, kamu memang sahabat terbaikku’’ Jawabnya sambil memelukku senang.
“ Iyah sama-sama Reva…’’ Jawabku sambil senyum dan sedikit tertawa.
“ Nah gimana? sudah paham kan?’’ Tanyaku.
“ Iya paham, kalau aku di ajari kamu itu langsung bisa’’ Jawabnya dengan senang.
“ Yaudah deh baruan dikumpulin soal fisikanya’’ Jawabku.
“Oke deh.’’
“ Nia, makasih ya udah bantuin aku.’’
“Iya Reva, aku senang bisa bantuin kamu’’ Jawabku.
“Kringg kringg kringg’’ Bunyi bel sekolah waktu istirahat tiba.
Saat bel berbunyi kita berbincang-bincang lagi. Reva berterimakasih lagi kepada ku, dan berkata ’’Makasih yah, kamu memang sahabat terbaikku yang pernah aku temui. Kamu selalu ada
untukku. Bahkan kamu membuatku bisa tersenyum kembali, dan selalu menghiburku saat aku sedih. Tapi entah kenapa terkadang aku merasa jadi beban buat kamu, dan maaffin sikap ku yang
kemarin ya Nia’’ Katanya.
Lalu aku membalasnya dengan berkata “Sudahlah nggak papa, kamu bukan beban bagiku. Walaupun kamu punya kesalahan kepadaku, tetap aja aku maafin kamu. Kamu sudah mewarnai hariku, aku sudah menganggapmu sebagai saudaraku sendiri. Aku janji tidak akan melupakanmu.’’
Jawabku sambil terharu. Aku sangat bersyukur mempunyai sahabat terbaik seperti Reva. Dia adalah
sahabat terbaikku yang pernah ku punya. Aku tidak akan melupakannya.
#KamisMenulis
Comments