GOTONG ROYONG PENINGKATAN LITERASI
GOTONG ROYONG PENINGKATAN LITERASI
Oleh:
Wahyu Yusuf Akhmadi, S.STP., M.Si.
Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Kendal
Hasil penelitian yang dikeluarkan oleh University of Cambridge di tahun 2020 menerangkan bahwa peningkatan kemahiran literasi memiliki dampak positif pada pertumbuhan ekonomi. Kemampuan tenaga kerja suatu negara berhubungan erat dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) per individu. Di antara negara-negara anggota Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), terdapat korelasi bahwa setiap peningkatan 1% dalam kemampuan literasi berkaitan dengan peningkatan 3% dalam PDB per kapita. Berdasarkan temuan ini, individu dengan kemampuan literasi yang unggul memiliki produktivitas lebih tinggi, yang pada gilirannya mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat bagi negara-negara tersebut.
Kemampuan literasi, bersama dengan kemampuan numerasi, adalah pondasi dari pembelajaran sepanjang hidup dan keterlibatan seseorang dalam masyarakat. Kemampuan-kemampuan ini memberikan kemampuan kepada individu untuk memberikan interpretasi, berpikir secara kritis dan kreatif, serta mencapai potensi mereka secara maksimal.
Dalam konteks pendidikan, di setiap tingkatnya, literasi dan numerasi diterapkan dalam semua bidang pembelajaran, termasuk dalam pendidikan di Indonesia. Menurut data dari Direktorat Guru Pendidikan Dasar, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tren nilai Programme for International Student Assessment (PISA) di Indonesia telah menunjukkan peningkatan sejak tahun 2000. Peningkatan tersebut terjadi dalam bidang membaca dan sains, sedangkan peningkatan yang lebih signifikan terlihat dalam bidang matematika. Namun, meskipun terjadi peningkatan sepanjang periode tersebut, pada tahun 2018, nilai PISA Indonesia mengalami penurunan relatif di semua bidang, terutama dalam kemampuan membaca. Analisis yang dilakukan oleh OECD menunjukkan bahwa sekitar 27% peserta didik di Indonesia memiliki tingkat kompetensi 1b dalam membaca. Ini berarti peserta didik hanya mampu memahami informasi yang eksplisit dalam teks-teks sederhana, namun belum memiliki kemampuan untuk menerapkan keterampilan membaca tersebut pada teks yang lebih panjang, termasuk dalam membuat kesimpulan sederhana.
Kenyataan bahwa keterampilan membaca masih perlu ditingkatkan setelah adanya data dari laporan akhir kajian indeks pembangunan literasi masyarakat. Dilaporkan bahwa angka partisipasi aktif masyarakat Kabupaten Kendal dalam peningkatan literasi masih tergolong rendah, yaitu sebesar 0,4742 dengan jumlah penduduk 1.018.505 (BPS 2020). Sementara itu, berdasarkan hasil rapor pendidikan yang telah dirilis oleh Kemendikbud, capaian literasi siswa SD-sederajat di Kabupaten Kendal, dari 12 kelompok kategori SD, masih ada 8 kelompok yang capaian literasi tergolong sedang. Capaian terendah, yaitu 54,96. Sementara di tingkat SMP-sederajat, masih ada 4 kelompok SMP yang berkategori sedang dengan capaian terendah sebesar 40,45.
Dari data-data di atas, keterampilan membaca masih menjadi masalah yang terus berlanjut dan perlu segera diatasi. Dalam situasi ini, perpustakaan memiliki peran yang konsisten dan penting. Perpustakaan tidak hanya berfungsi sebagai tempat untuk meminjam dan mengembalikan buku, mengakses arsip, atau membaca di tempat, tetapi juga menjadi simbol keadilan sosial. Keterbukaan informasi yang diberikan oleh perpustakaan dapat diakses oleh semua orang, tanpa memandang usia, status sosial, agama, jenis kelamin, atau suku bangsa.
Budaya literasi yang ditawarkan oleh perpustakaan seharusnya menjadi alasan bagi setiap orang untuk mengunjunginya. Literasi tidak hanya mencakup kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga melibatkan pemahaman, analisis, dan penggunaan informasi secara bijak. Oleh karena itu, perpustakaan, sebagai lingkungan ideal, memberikan tempat untuk mengembangkan keterampilan literasi.
Dengan menggunakan teknologi informasi, perpustakaan terus beradaptasi untuk menyediakan akses informasi kepada masyarakat. Perpustakaan tidak menutup diri terhadap berbagai perubahan yang terjadi, dan hal ini menunjukkan kesungguhan mereka dalam mendukung masyarakat dalam menciptakan budaya literasi.
Kesungguhan ini merupakan peluang bagi masyarakat, terutama mereka yang tidak memiliki sarana atau pendampingan yang cukup untuk membangun budaya literasi di rumah. Budaya literasi tidak hanya harus terjadi di lembaga pendidikan, tetapi juga perlu dipertahankan secara berkelanjutan, dan di sinilah perpustakaan memainkan peran.
Tanggal 14 September adalah Hari Kunjung Perpustakaan yang diharapkan dapat menjadi momentum untuk meningkatkan kolaborasi dan pelayanan perpustakaan, baik tingkat nasional maupun lokal. Semua pihak, diharapkan dapat bekerja sama dalam mempercepat transformasi perpustakaan menjadi tempat inklusif, berkelanjutan, serta pusat kegiatan inovatif, kreatif, dan kolaboratif. Kolaborasi tidak hanya antara pemerintah, pihak sekolah, dan masyarakat. Akan tetapi, juga dari sektor swasta, salah satunya adalah Tanoto Foundation.
Tanoto Foundation merupakan organisasi filantropi independen yang bergerak di dunia pendidikan sejak tahun 1981. Konsistensi Tanoto Foundation dalam mendukung pemerintah memajukan kualitas pendidikan Indonesia berlangsung hingga sekarang. Melalui Program PINTAR-nya, Tanoto Foundation telah turut berupaya meningkatkan kualitas keterampilan literasi.
Sebagai penutup, kata bijak Mohammad Hatta, "Indonesia tidak akan bercahaya karena obor besar di Jakarta, tetapi karena lilin-lilin di desa". Ini mengingatkan kita tentang pentingnya persatuan dalam upaya meningkatkan literasi. Mari bersama-sama merayakan Hari Kunjung Perpustakaan dengan mengunjungi perpustakaan terdekat dan memanfaatkan fasilitasnya dengan bijak. Dengan demikian, kita dapat berperan dalam mengatasi masalah keterampilan membaca yang rendah, yang pada akhirnya akan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.
Comments